Menarik sekali topik yang dibahas, yaitu kegagalan Garuda menerapakan Sistem Informasi yang canggih yang dinamakan:
Integrated Operation Control System (IOCS). Berikut ini contoh iklan dari Lufthansa tentang IOCC (Control Center) yang sama dengan IOCS itu, sbb:
"Today, it’s not enough to be aware of market conditions, financials and the competition.
You must be able to make the right decisions, right away.
Lufthansa Systems’ IOCC Platform gives you the business process integration that puts you squarely in the pilot's seat…at the controls… and in control.
It drives the essential efficiencies and economies throughout your airline’s operations.
From short-term schedule management, operations control, and crew management to flight planning and weight & balance, the IOCC Platform is suitable to increase operational and economical benefits unattainable with any standalone system."
Jadi fokus keunggulan yang akan diperoleh adalah integrasi sistem control Garuda yg akan menghasilkan efisiensi operasi dan biaya operasional perusahaan.
Dalam membuat keputusan investasi CAPEX TI ini biasanya dilakukan melalui sebuah Komite yang anggotanya terdiri dari para excecutives bisnis maupun MIS Department/CIO. Apakah proses IT Good Governance ini sudah dilaksanakan dengan baik?
Pertanyaan lain, apakah Garuda sedang melakukan Business Process Improvement (BPI) ataukah Business Process Reengineering (BPR)?
Kalau ada perubahan Proses Bisnis, tentu hal ini harus diselaraskan dengan dengan Visi, Misi, Objectives serta Strategi Perusahaan. Dengan perubahan ini, maka diperlukan pula perubahan organisasi Garuda yg sesuai dengan proses bisnis yg baru ini.
Juga perlu ada kejelasan, apakah dilakukan perubahan drastis organisasi (BPR), ataukan perubahan secara bertahap (BPI)? Bila Proyek IOCS Garuda itu dilakukan dalam kurun waktu singkat, maka ini termasuk BPR, dan bila dalam waktu panjang dan bertahap, maka ini termasuk BPI. Adakah yg tahu, berapa lama proses transisi IOCS Garuda itu dilaksanakan?
Apakah sudah ada sosialisasi yg intensif dengan para stakeholders di Garuda, terutama para executives-nya dan karyawannya?
Kalau ada kawan2 yg bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan2 diatas itu, akan sangat baik untuk dijadikan dokumentasi tentang kegagalan implementasi Sistem Informasi yang bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi mahasiswa Business Schools di Indonesia maupun di LN.
Kasus serupa juga pernah terjadi di perusahaan penerbangan JetBlue dari AS tahun 2007 saat terjadinya topan es yang melanda Pantai Timur AS pada tahun 2007 yang lalu, dimana ada 1000 jadwal penerbangan harus dibatalkan dalam kurun waktu 5-hari. Ribuan penumpang terlantar di JFK Airport, New York saat itu. Ini bisa terjadi karena Sistem Informasi (Reservation System) yang dipakai terbatas kemampuannya/kapasitasnya, sehingga saat ada peak demand, sistem itu collapse.
Apakah yang sebenarnya terjadi di IOCS Garuda beberapa hari yang lalu? Apakah sekarang sudah dapat melakukan recovery?
Silahkan ditanggapi dan diberikan masukan yang positif agar kita dapat belajar dari pengalaman ini.
Welcome Message
Blog ini didedikasikan bagi Masyarakat Dunia Maya Indonesia sebagai Forum Komunikasi antar para penggiat teknologi Dunia Maya agar dapat saling berukar informasi dan perkembangan teknologi Dunia Maya di Indonesia dan di Dunia Global Untuk memberikan Komentar/Tanggapan atas posting di Blog ini, Silahkan Klik icon "?" dan isikan komentar/tanggapan Anda sekalian. Silahkan tekan TAB bila diminta mengisi KODE VERIFIKASI Semoga bermanfaat.
MP3 Clips
Posted on :
6:49 AM
| By :
S Roestam
| In :
Case Study untuk Business Schools
,
IOCC Lufthansa
,
IOCS Garuda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment